Makalah - Efektifitas Pengembangan Sumber Daya Manusia Bagi Organisasi


EFEKTIFITAS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA BAGI ORGANISASI
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Rombel 001

Dosen Pengampu :
Dr. Titi Prihatin, M.Pd

Disusun Oleh :


JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Sumber daya manusia sendiri adalah seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu beserta karakteristik atau ciri demografis, sosial maupun ekonominya yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan. Jadi membahas sumber daya manusia berarti membahas penduduk dengan segala potensi atau kemampuannya. Potensi manusia menyangkut dua aspek yaitu aspek kuantitas dan kualitas (M.M. Papayungan, 1995: 110). Potensi manusia yang nantinya ditunjukkan dalam aspek yang salah satunya adalah kualitas, hanya dapat dicapai dengan adanya pengembangan sumber daya manusia. Hal tersebut diperlukan karena sumber daya manusia merupakan factor yang paling mempengaruhi kehidupan. Kemampuan manusia untuk mempengaruhi alamnya menunjukkan bahwa posisi SDM sangat sentral adanya. Oleh karena itu, sumber daya manusia yang ada hendaklah dikembangkan sedemikian rupa guna mencapai kesejahteraan. Pengembangan SDM ini amat diperlukan karena memiliki aspek yang penting bagi peningkatan produktivitas SDM dan juga memiliki tujuan-tujuan terntentu yang pastinya harus dicapai demi kemajuan pembangunan suatu bangsa.

Makalah - Perlunya Pendekatan Sistem Dalam Pengembangan Bahan Ajar


PERLUNYA PENDEKATAN SISTEM
DALAM PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Dosen pengampu:
Dr. Kustiono, M.Pd.


Disusun oleh kelompok :



JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Kualitas suatu program pendidikan dan latihan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya kualitas bahan ajar, sarana prasarana, lingkungan, dan lain sebagainya. Bahan ajar sebagai salah satu alat bantu dalam kegiatan pembelajaran dalam pemenuhannya harus sesuai dengan kompetensi yang diinginkan, tanpa pemahaman terhadap hal tersebut maka siapapun yang akan mengembangkan bahan ajar akan mengalami kesulitan.
Kegiatan pengembangan bahan ajar adalah kegiatan akademik yang dapat dilakukan sendiri oleh pendidik. Bahan ajar ini sebagai pendukung dalam proses pendidikan dan latihan yang dilaksanakan. Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses yang sistematik agar kesahihan dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan ajar dan harus selalu diperhatikan dalam proses pengembangan  bahan ajar, yaitu isi, cakupan, keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan dan pengemasan. Kualitas bahan ajar sangat tergantung pada ketepatan dalam memperhitungkan faktor-faktor tersebut dalam pengembangan bahan ajar (Wuryanto, 2010).
Pengembangan bahan ajar yang sistematis dimulai dari proses perancangan dan pengembangannya dapat berupa aktivitas mengembangkan sendiri, atau menggunakan bahan ajar yang sudah ada, sampai pada uji coba bahan ajar. Pengetahuan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hasil perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar dan prosedur pengembangan bahan ajar yang sistematik juga diperlukan.
Selain mempertimbangkan berbagai hal tersebut, dalam mengembangkan bahan ajar juga harus memperhatikan pendekatan sistem dalam mengembangkannya. Pendekatan sistem ini diharapkan dapat membuat bahan ajar semakin memiliki kualitas yang tinggi, serta sesuai dengan kompetensi yang dibuat.
B.     RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.      Apa definisi dan konsep pendekatan sistem ?
2.      Bagaimana pentingnya bahan ajar dalam pembelajaran ?
3.      Bagaimana perlunya pendekatan sisitem dalam pengembangan bahan ajar ?
C.    TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diambil beberapa tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui definisi dan konsep pendekatan sistem.
2.      Untuk mengetahui pentingnya bahan ajar dalam pembelajaran.
3.      Untuk mengetahui perlunya pendekatan sistem dalam pengembangan bahan ajar.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    DEFINISI DAN KONSEP PENDEKATAN SISTEM
Istilah sistem adalah suatu konsep yang abstrak. Defenisi tradisional menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Rumusan itu sangat sulit dipahami. Dalam artian yang luas, suatu sistem muncul karena seseorang telah mendefinisikannya demikian. Kesimpulan unsur itu dapat dinyatakan sebagai berikut. Misalnya sepeda adalah suatu sistem, yang meliputi komponen-komponen yang seperti noda, pedal, komedi, dan sebagainya. Akan tetapi dalam artian yang luas, sepeda sebenarnya adalah suatu subsistem/komponen dalam sistem transport, disamping alat-alat transport lainnya, seperti truk, motor, angkutan kota, dan sebagainya. Jadi, suatu sistem dapat saja menjadi suatu sistem yang lebih kompleks. Itu berarti, adanya suatu sistem karena kita mempertimbangkannya sebagai sistem.
Itulah sebabnya pengertian sistem tidak lain adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang saling berinteraksi secara fungsional yang memperoleh masukan menjadi keluaran. Menurut Wina Sanjaya (2008) dalam Candra (2014) sistem merupakan seperangkat bagian yang terkoordinasi untuk menyelesaikan seperangkat tujuan. Sedangkan Oemar Hamalik (2006) dalam Candra (2014) menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat unsur-unsur yang saling berkaitan, saling bergantung dan saling berinteraksi atau suatu kesatuan usaha yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu dengan lainnya, dalam usaha untuk mencapai satu tujuan dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pendekatan berfungsi mendeskripsikan hakikat apa yang akan dilakukan dalam memecahkan suatu masalah. Pendekatan dapat berwujud cara pandang, filsafat atau kepercayaan yang diyakini kebenarannya. Salah satu pendekatan yang bisa digunakan oleh masyarakat ilmiah dalam memecahkan berbagai masalah adalah pendekatan sistem. Sistem merupakan sekelompok bagian-bagian yang bekerja sama secara keseluruhan berdasarkan suatu tujuan bersama. Harjanto (2005) dalam Candra (2014) mengemukakan bahwa pendekatan sistem adalah cara berpikir untuk mengatur tugas, melalui suatu kerangka yang melukiskan faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal sehingga merupakan suatu keseluruhan secara terpadu. Atau, pendekatan sistem juga merupakan cara berpikir, sebuah metode atau teknik analisis dan suatu jenis manajerial.
Sebagai desain metodologi, pendekatan sistem merupakan alat bantu bagi para pengambil keputusan dengan cara mempertimbangkan semua permasalahan yang berkaitan dengan keputusan yang akan diambilnya, sedangkan pendekatan sistem sebagai kerangka konseptual bertujuan untuk mencari berbagai persamaan dan berbagai kecenderungan fenomena yang ada dengan menggunakan analisis multidisiplin. Sebagai metode ilmiah baru, pendekatan sistem mencoba mewujudkan cara berpikir baru yang dapat diaplikasikan, baik terhadap ilmu-ilmu perikehidupan maupun terhadap ilmu-ilmu perilaku. Semua sistem mempunyai misi untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu. Untuk itu diperlukan suatu proses yang mengubah masukan (input) menjadi hasil (output). Pada kerangka pendekatan sistem ini terlihat bahwa apa yang ingin dicapai (restriction) merupakan dasar analisis suatu sistem. Restriction terumuskan dalam tujuan (objectives), standar perilaku yang diharapkan (performance standard) juga kemungkinan hambatan dalam mencapai tujuan (constraint).
Berdasarkan kepada tujuan sistem, selanjutnya dapat dirumuskan masukan (input), yakni apa yang ingin dicapai sesuai tujuan. Masukan tersebut diproses sehingga menghasilkan keluaran (output) tertentu. Hasil evaluasi terhadap output dijadikan dasar umpan balik (feed back) untuk melakukan perbaikan atau revisi, baik terhadap proses maupun terhadap input. Atas dasar inilah seluruh komponen sistem berhubungan dan berinteraksi.
B.     PENTINGNYA BAHAN AJAR DALAM PEMBELAJARAN
Dalam proses pembelajaran secara konvensional, guru seringkali sebagai satu-satunya sumber informasi dan pengetahuan, karena seringkali guru menghabiskan waktunya untuk menyajikan materi pembelajaran dan membantu siswa menerapkannya pada masalah-masalah dalam kehidupannya. Namun demikian, di era globalisasi ini, di mana informasi terus bertambah setiap saat, menimbulkan fungsi guru sebagai sumber informasi tunggal adalah tidak dimungkinkan lagi. Dalam situasi seperti ini, maka fungsi guru cenderung lebih penting dari sekedar sebagai informator dan fasilitator. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran guru berhubungan dengan siswa yang relatif sudah memiliki kemampuan untuk belajar secara mandiri (yang terkondisi dalam seting pembelajaran satu mesin komputer satu user), sehingga jika semua rencana pembelajaran sudah didiskusikan antara guru dan siswa dalam bentuk kontrak pembelajaran, maka siswa sudah dapat mencari sendiri informasi dan pengetahuan yang diperlukan itu melalui pemanfaatan sumber-sumber belajar yang ada di lingkungan sekelilingnya, termasuk dalam kegiatan browsing dan searching untuk membuka situs-situs internet yang mengandung pesan-pesan pembelajaran sebagaimana yang dikompetensikan.
Dalam situasi seperti ini, maka fungsi guru sebagai fasilitator amatlah penting dalam membantu dan mengarahkan proses belajar siswa, bukan hanya untuk “mengajar” atau menyajikan materi saja. Meski demikian, peran guru sebagai fasilitator pun seringkali mengalami situasi yang tidak diinginkan karena seringkali guru tidak memiliki waktu untuk memberi bantuan secara optimal dalam mendukung belajar siswa. Selain masalah ekonomi, masalah teknis yang lain juga menghalangi guru untuk menjadi fasilitator yang baik, misalnya bahan-bahan teks di pasaran belum dapat memenuhi kebutuhan proses belajar siswa baik dilihat dari segi kualitas, kuantitas, bahasa ataupun pengorganisasian isinya. Belum padatnya jadwal pembelajaran yang dijalaninya, sehingga yang nampak guru hanya menghabiskan waktunya untuk mengajarkan materi pembelajaran guna mengejar pencapaian kompetensi belajar siswa, situasi pembelajaran menjadi pasif, pembelajaran monoton ceramah dan siswa kejenuhan sambil terkantuk-kantuk, tugas mandiri dan tugas terstruktur siswa seringkali tidak terbimbing dan kurangnya adanya pemberian feedback tentang ketidakberhasilan belajarnya.
Nah, untuk mengatasi permasalahan kerepotan seperti situasi tersebut di atas, dirasa sangat mendesak seorang guru perlu membuat bahan ajar bagi siswa, mengingat di satu sisi keberadaan bahan ajar bagi siswa sangatlah penting, dan di sisi yang lain, bahan ajar merupakan komponen yang integral, tidak dapat dipisah-pisahkan dari sistem pembelajaran yang ada. Bahan ajar yang dimaksud, tidak lain adalah bahan ajar yang teknis penyusunannya lain dari biasanya dan memiliki warna beda dari bahan-bahan ajar sebagaimana biasanya yang monoton terkemas dalam bahan-bahan cetak ataupun bahan paket. Bahan ajar tersebut disusun dengan membasis pada terapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), yang perencanaan dan penyusunannya dengan mengakses semaksimal mungkin dari berbagai software dan hardware TIK, baik dari sumber-sumber manual maupun dari sumber-sumber of-line dan bahkan on-line dengan men-searching situs-situs internet yang ada pada browser tertentu dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip instruksional yang baik; karena dengan demikian, akan dapat membantu siswa dalam belajarnya (yang terkondisi untuk belajar secara mandiri); membantu guru mengurangi waktu penyajian materi, dan adanya intensitas pemberian bimbingan belajar siswa yang lebih banyak; serta membantu sekolah yang bersangkutan dalam pencapaian target kurikulum dan pencapaian tujuan institusional serta mengoptimalkan pencapaian kompetensi standar belajar siswa.
Mengapa perlu bahan ajar berbasis TIK? Karena tentunya bahan ajar tersebut akan jauh lebih menarik dari buku-buku konvensional. Bahan ajar yang terkembangkan dengan mengakses potensi TIK, akan tersusun secara lebih kongkret karena akan syarat dengan contoh-contoh gambar-ilustrasi yang jelas akan menambah kekongkritan materi dalam penyajiannya. Di samping itu, bahan ajar ini akan mengkondisikan siswa belajar secara mandiri karena dikemas secara interaktif di mana dalamnya tersedia alat ukur (soal-soal uji kompetensi) yang sekaligus berfeedback langsung terhadap kesalahan yang dijawabkan siswa dan mampu mengoreksi secara cepat berkenaan seberapa tinggi keberhasilan siswa (selaku user) dalam mempelajari unit materi tertentu, seberapa banyak melakukan kesalahan dan seberapa tinggi menjawab benar.
C.    PERLUNYA PENDEKATAN SISTEM PADA PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
Dalam pengembangan bahan panduan praktik kita perlu menggunakan desain sistem, hal ini dikarenakan banyak dijumpai kajian-kajian dalam studi kepustakaan dari hasil penelitian formal yang menunjukkan bahwa desain sistem itu unggul halnya. Penelitian-penelitian yang telah ditertibkan hasilnya cenderung memberikan dukungan yang kuat bagi desain sistem tersebut.
Menurut Kustiono (2009) ada sejumlah alasan mengapa desain sistem bagi pengembangan bahan panduan praktik itu efektif? Alasan pertama ialah adanya fokus, pada awal proses, telah ditentukan “apa” yang pebelajar harus tahu atau mampu lakukan pada akhir pembelajaran nanti dengan menggunakan bahan ajar yang akan dikembangkan. Tanpa pernyataan tujuan secara pasti ini, langkah perencanaan dan implementasi pengembangan menjadi kabur dan tidak efektif.
Alasan kedua bagi keberhasilan desain sistem ialah adanya pertautan yang seksama pada tiap-tiap tahapan, khususnya pertautan antara tahapan pensiasatan kegiatan pembelajaran yang diharapkan dengan hasil belajar yang diharapkan. Pembelajaran senantiasa diarahkan pada pencapaian keterampilan-keterampilan dan pengetahuan yang dibelajarkan dan menerapkan kondisi yang cocok untuk belajar dalam rangka mencapai hasil tersebut. Dengan kata lain, pembelajaran tidaklah terdiri atas serangkaian kegiatan yang hanya sebagian-sebagian saja berkaitan dengan apa yang harus dipelajari.
Alasan ketiga, bahwa desain sistem merupakan proses secara empirik yang sifatnya dapat diulang-ulang. Bahan panduan praktik tidak dirancang untuk sekali saja, tetapi untuk digunakan berkali-kali pada sebanyak mungkin keadaan dengan sebanyak mungkin pebelajar. Karena “dapat dipakai ulang”, maka berhargalah waktu dan usaha untuk menilai dan merevisi bahan ajar tersebut. Di dalam proses perancangan bahan ajar secara sistematik ini, data-data dikumpulkan untuk menentukan langkah mana dari kegiatan pengembangan bahan panduan praktik itu yang belum dan yang sudah benar-benar berjalan dengan baik dan efektif. Karena adanya alasan-alasan ini, maka desain sistem bermanfaat bagi para pengembang bahan ajar (pembelajar) yang berhasil dalam membelajarkan kemampuan-kemampuan tingkat dasar kepada para pebelajar. Ancangan landasan kompetensi merupakan ancangan pendidikan yang sangat wajar dan dianut secara luas di kalangan para ahli pendidikan.





BAB III
PENUTUP
A.    SIMPULAN
Bahan ajar sebagai salah satu alat bantu dalam kegiatan pembelajaran dalam pemenuhannya harus sesuai dengan kompetensi yang diinginkan, tanpa pemahaman terhadap hal tersebut maka siapa pun yang akan mengembangkan bahan ajar akan mengalami kesulitan. Mengingat pentingnya bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran, maka ketika merancang atau pun mengembangkan bahan ajar harus menggunakan pendekatan sistem.
Pendekatan sistem merupakan cara berpikir untuk mengatur tugas, melalui suatu kerangka yang melukiskan faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal sehingga merupakan suatu keseluruhan secara terpadu. Jadi pendekatan sistem dalam pengembangan bahan ajar artinya  dalam pembuatan bahan ajar harus saling berkesinambungan baik itu dari tujuan, indikator, kompetensi, materi, media pendukung, dan kebutuhan akan bahan ajar itu sendiri.
Oleh karena itu, bahan ajar yang ingin dikembangkan harus memperhatikan atau pun menggunakan pendekatan sistem. Hal ini bertujuan agar bahan ajar yang dirancang atau pun dikembangkan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan serta dapat membuat pebelajar mudah dalam mempelajarinya.





DAFTAR PUSTAKA
Candra. 2014. “Pendekatan Sistem untuk Perencanaan dan Pembelajaran”. Online http://candrasihotang.blogspot.co.id/2014/09/pendekatan-sistem-untuk-perencanaan-dan_63.html  (diunduh tanggal 20 September 2017).
Wuryanto, Agus. 2010. “Pengembangan Bahan Ajar”. https://aguswuryanto. wordpress.com/2010/09/02/pengembangan-bahan-ajar/ (diunduh tanggal 20 September 2017).
Kustiono. 2009. “Pengembangan Bahan Ajar Kajian Analitik”. Online http://kustiono2009fip.blogspot.co.id/2009/07/pengembangan-bahan-ajar-kajian-analitik.html (diunduh tanggal 20 September 2017).


 
biz.