PERLUNYA
PENDEKATAN SISTEM
DALAM
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
Dosen
pengampu:
Dr.
Kustiono, M.Pd.
Disusun
oleh kelompok :
JURUSAN
KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kualitas suatu program pendidikan dan
latihan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya kualitas bahan ajar, sarana
prasarana, lingkungan, dan lain sebagainya. Bahan ajar sebagai salah satu alat
bantu dalam kegiatan pembelajaran dalam pemenuhannya harus sesuai dengan
kompetensi yang diinginkan, tanpa pemahaman terhadap hal tersebut maka siapapun
yang akan mengembangkan bahan ajar akan mengalami kesulitan.
Kegiatan pengembangan bahan ajar adalah
kegiatan akademik yang dapat dilakukan sendiri oleh pendidik. Bahan ajar ini
sebagai pendukung dalam proses pendidikan dan latihan yang dilaksanakan.
Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses yang sistematik agar
kesahihan dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Ada beberapa faktor yang
dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan ajar dan harus selalu diperhatikan
dalam proses pengembangan bahan ajar,
yaitu isi, cakupan, keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan dan pengemasan.
Kualitas bahan ajar sangat tergantung pada ketepatan dalam memperhitungkan
faktor-faktor tersebut dalam pengembangan bahan ajar (Wuryanto, 2010).
Pengembangan bahan ajar yang sistematis dimulai
dari proses perancangan dan pengembangannya dapat berupa aktivitas
mengembangkan sendiri, atau menggunakan bahan ajar yang sudah ada, sampai pada
uji coba bahan ajar. Pengetahuan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kualitas hasil perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar dan
prosedur pengembangan bahan ajar yang sistematik juga diperlukan.
Selain mempertimbangkan berbagai hal
tersebut, dalam mengembangkan bahan ajar juga harus memperhatikan pendekatan
sistem dalam mengembangkannya. Pendekatan sistem ini diharapkan dapat membuat
bahan ajar semakin memiliki kualitas yang tinggi, serta sesuai dengan
kompetensi yang dibuat.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dari latar belakang diatas dapat
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa
definisi dan konsep pendekatan sistem ?
2. Bagaimana
pentingnya bahan ajar dalam pembelajaran ?
3. Bagaimana
perlunya pendekatan sisitem dalam pengembangan bahan ajar ?
C.
TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat
diambil beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui definisi dan konsep pendekatan sistem.
2. Untuk
mengetahui pentingnya bahan ajar dalam pembelajaran.
3.
Untuk mengetahui perlunya
pendekatan sistem dalam pengembangan bahan ajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
DAN KONSEP PENDEKATAN SISTEM
Istilah
sistem adalah suatu konsep yang abstrak. Defenisi tradisional menyatakan bahwa
sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan. Rumusan itu sangat sulit dipahami. Dalam artian
yang luas, suatu sistem muncul karena seseorang telah mendefinisikannya
demikian. Kesimpulan unsur itu dapat dinyatakan sebagai berikut. Misalnya
sepeda adalah suatu sistem, yang meliputi komponen-komponen yang seperti noda,
pedal, komedi, dan sebagainya. Akan tetapi dalam artian yang luas, sepeda
sebenarnya adalah suatu subsistem/komponen dalam sistem transport, disamping
alat-alat transport lainnya, seperti truk, motor, angkutan kota, dan
sebagainya. Jadi, suatu sistem dapat saja menjadi suatu sistem yang lebih
kompleks. Itu berarti, adanya suatu sistem karena kita mempertimbangkannya
sebagai sistem.
Itulah
sebabnya pengertian sistem tidak lain adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang
saling berinteraksi secara fungsional yang memperoleh masukan menjadi keluaran.
Menurut Wina Sanjaya (2008) dalam Candra (2014) sistem merupakan seperangkat
bagian yang terkoordinasi untuk menyelesaikan seperangkat tujuan. Sedangkan
Oemar Hamalik (2006) dalam Candra (2014) menyatakan bahwa sistem adalah
seperangkat unsur-unsur yang saling berkaitan, saling bergantung dan saling
berinteraksi atau suatu kesatuan usaha yang terdiri atas bagian-bagian yang
berkaitan satu dengan lainnya, dalam usaha untuk mencapai satu tujuan dalam suatu
lingkungan yang kompleks.
Pendekatan
berfungsi mendeskripsikan hakikat apa yang akan dilakukan dalam memecahkan
suatu masalah. Pendekatan dapat berwujud cara pandang, filsafat atau
kepercayaan yang diyakini kebenarannya. Salah satu pendekatan yang bisa
digunakan oleh masyarakat ilmiah dalam memecahkan berbagai masalah adalah pendekatan
sistem. Sistem merupakan sekelompok bagian-bagian yang bekerja sama secara
keseluruhan berdasarkan suatu tujuan bersama. Harjanto (2005) dalam Candra
(2014) mengemukakan bahwa pendekatan sistem adalah cara berpikir untuk mengatur
tugas, melalui suatu kerangka yang melukiskan faktor-faktor lingkungan internal
dan eksternal sehingga merupakan suatu keseluruhan secara terpadu. Atau,
pendekatan sistem juga merupakan cara berpikir, sebuah metode atau teknik
analisis dan suatu jenis manajerial.
Sebagai
desain metodologi, pendekatan sistem merupakan alat bantu bagi para pengambil
keputusan dengan cara mempertimbangkan semua permasalahan yang berkaitan dengan
keputusan yang akan diambilnya, sedangkan pendekatan sistem sebagai kerangka
konseptual bertujuan untuk mencari berbagai persamaan dan berbagai
kecenderungan fenomena yang ada dengan menggunakan analisis multidisiplin.
Sebagai metode ilmiah baru, pendekatan sistem mencoba mewujudkan cara berpikir
baru yang dapat diaplikasikan, baik terhadap ilmu-ilmu perikehidupan maupun
terhadap ilmu-ilmu perilaku. Semua sistem mempunyai misi untuk mencapai suatu
maksud atau tujuan tertentu. Untuk itu diperlukan suatu proses yang mengubah
masukan (input) menjadi hasil (output). Pada kerangka pendekatan sistem
ini terlihat bahwa apa yang ingin dicapai (restriction)
merupakan dasar analisis suatu sistem. Restriction terumuskan dalam tujuan (objectives), standar perilaku yang
diharapkan (performance standard)
juga kemungkinan hambatan dalam mencapai tujuan (constraint).
Berdasarkan
kepada tujuan sistem, selanjutnya dapat dirumuskan masukan (input), yakni apa yang ingin dicapai
sesuai tujuan. Masukan tersebut diproses sehingga menghasilkan keluaran (output) tertentu. Hasil evaluasi
terhadap output dijadikan dasar umpan
balik (feed back) untuk melakukan
perbaikan atau revisi, baik terhadap proses maupun terhadap input. Atas dasar inilah seluruh
komponen sistem berhubungan dan berinteraksi.
B.
PENTINGNYA
BAHAN AJAR DALAM PEMBELAJARAN
Dalam
proses pembelajaran secara konvensional, guru seringkali sebagai satu-satunya
sumber informasi dan pengetahuan, karena seringkali guru menghabiskan waktunya
untuk menyajikan materi pembelajaran dan membantu siswa menerapkannya pada
masalah-masalah dalam kehidupannya. Namun demikian, di era globalisasi ini, di
mana informasi terus bertambah setiap saat, menimbulkan fungsi guru sebagai
sumber informasi tunggal adalah tidak dimungkinkan lagi. Dalam situasi seperti
ini, maka fungsi guru cenderung lebih penting dari sekedar sebagai informator
dan fasilitator. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran guru berhubungan dengan
siswa yang relatif sudah memiliki kemampuan untuk belajar secara mandiri (yang
terkondisi dalam seting pembelajaran
satu mesin komputer satu user),
sehingga jika semua rencana pembelajaran sudah didiskusikan antara guru dan
siswa dalam bentuk kontrak pembelajaran, maka siswa sudah dapat mencari sendiri
informasi dan pengetahuan yang diperlukan itu melalui pemanfaatan sumber-sumber
belajar yang ada di lingkungan sekelilingnya, termasuk dalam kegiatan browsing dan searching untuk membuka situs-situs internet yang mengandung
pesan-pesan pembelajaran sebagaimana yang dikompetensikan.
Dalam
situasi seperti ini, maka fungsi guru sebagai fasilitator amatlah penting dalam
membantu dan mengarahkan proses belajar siswa, bukan hanya untuk “mengajar”
atau menyajikan materi saja. Meski demikian, peran guru sebagai fasilitator pun
seringkali mengalami situasi yang tidak diinginkan karena seringkali guru tidak
memiliki waktu untuk memberi bantuan secara optimal dalam mendukung belajar
siswa. Selain masalah ekonomi, masalah teknis yang lain juga menghalangi guru
untuk menjadi fasilitator yang baik, misalnya bahan-bahan teks di pasaran belum
dapat memenuhi kebutuhan proses belajar siswa baik dilihat dari segi kualitas,
kuantitas, bahasa ataupun pengorganisasian isinya. Belum padatnya jadwal
pembelajaran yang dijalaninya, sehingga yang nampak guru hanya menghabiskan
waktunya untuk mengajarkan materi pembelajaran guna mengejar pencapaian
kompetensi belajar siswa, situasi pembelajaran menjadi pasif, pembelajaran
monoton ceramah dan siswa kejenuhan sambil terkantuk-kantuk, tugas mandiri dan
tugas terstruktur siswa seringkali tidak terbimbing dan kurangnya adanya
pemberian feedback tentang ketidakberhasilan
belajarnya.
Nah,
untuk mengatasi permasalahan kerepotan seperti situasi tersebut di atas, dirasa
sangat mendesak seorang guru perlu membuat bahan ajar bagi siswa, mengingat di
satu sisi keberadaan bahan ajar bagi siswa sangatlah penting, dan di sisi yang
lain, bahan ajar merupakan komponen yang integral, tidak dapat dipisah-pisahkan
dari sistem pembelajaran yang ada. Bahan ajar yang dimaksud, tidak lain adalah
bahan ajar yang teknis penyusunannya lain dari biasanya dan memiliki warna beda
dari bahan-bahan ajar sebagaimana biasanya yang monoton terkemas dalam
bahan-bahan cetak ataupun bahan paket. Bahan ajar tersebut disusun dengan
membasis pada terapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), yang
perencanaan dan penyusunannya dengan mengakses semaksimal mungkin dari berbagai
software dan hardware TIK, baik dari sumber-sumber manual maupun dari
sumber-sumber of-line dan bahkan on-line dengan men-searching situs-situs internet yang ada pada browser tertentu dengan tetap memperhatikan
prinsip-prinsip instruksional yang baik; karena dengan demikian, akan dapat
membantu siswa dalam belajarnya (yang terkondisi untuk belajar secara mandiri);
membantu guru mengurangi waktu penyajian materi, dan adanya intensitas
pemberian bimbingan belajar siswa yang lebih banyak; serta membantu sekolah
yang bersangkutan dalam pencapaian target kurikulum dan pencapaian tujuan
institusional serta mengoptimalkan pencapaian kompetensi standar belajar siswa.
Mengapa
perlu bahan ajar berbasis TIK? Karena tentunya bahan ajar tersebut akan jauh
lebih menarik dari buku-buku konvensional. Bahan ajar yang terkembangkan dengan
mengakses potensi TIK, akan tersusun secara lebih kongkret karena akan syarat
dengan contoh-contoh gambar-ilustrasi yang jelas akan menambah kekongkritan
materi dalam penyajiannya. Di samping itu, bahan ajar ini akan mengkondisikan
siswa belajar secara mandiri karena dikemas secara interaktif di mana dalamnya
tersedia alat ukur (soal-soal uji kompetensi) yang sekaligus berfeedback langsung terhadap kesalahan
yang dijawabkan siswa dan mampu mengoreksi secara cepat berkenaan seberapa
tinggi keberhasilan siswa (selaku user)
dalam mempelajari unit materi tertentu, seberapa banyak melakukan kesalahan dan
seberapa tinggi menjawab benar.
C.
PERLUNYA
PENDEKATAN SISTEM PADA PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
Dalam
pengembangan bahan panduan praktik kita perlu menggunakan desain sistem, hal
ini dikarenakan banyak dijumpai kajian-kajian dalam studi kepustakaan dari
hasil penelitian formal yang menunjukkan bahwa desain sistem itu unggul halnya.
Penelitian-penelitian yang telah ditertibkan hasilnya cenderung memberikan
dukungan yang kuat bagi desain sistem tersebut.
Menurut
Kustiono (2009) ada sejumlah alasan mengapa desain sistem bagi pengembangan
bahan panduan praktik itu efektif? Alasan pertama ialah adanya fokus, pada awal
proses, telah ditentukan “apa” yang pebelajar harus tahu atau mampu lakukan
pada akhir pembelajaran nanti dengan menggunakan bahan ajar yang akan
dikembangkan. Tanpa pernyataan tujuan secara pasti ini, langkah perencanaan dan
implementasi pengembangan menjadi kabur dan tidak efektif.
Alasan
kedua bagi keberhasilan desain sistem ialah adanya pertautan yang seksama pada
tiap-tiap tahapan, khususnya pertautan antara tahapan pensiasatan kegiatan pembelajaran
yang diharapkan dengan hasil belajar yang diharapkan. Pembelajaran senantiasa
diarahkan pada pencapaian keterampilan-keterampilan dan pengetahuan yang
dibelajarkan dan menerapkan kondisi yang cocok untuk belajar dalam rangka
mencapai hasil tersebut. Dengan kata lain, pembelajaran tidaklah terdiri atas
serangkaian kegiatan yang hanya sebagian-sebagian saja berkaitan dengan apa
yang harus dipelajari.
Alasan
ketiga, bahwa desain sistem merupakan proses secara empirik yang sifatnya dapat
diulang-ulang. Bahan panduan praktik tidak dirancang untuk sekali saja, tetapi
untuk digunakan berkali-kali pada sebanyak mungkin keadaan dengan sebanyak
mungkin pebelajar. Karena “dapat dipakai ulang”, maka berhargalah waktu dan
usaha untuk menilai dan merevisi bahan ajar tersebut. Di dalam proses
perancangan bahan ajar secara sistematik ini, data-data dikumpulkan untuk
menentukan langkah mana dari kegiatan pengembangan bahan panduan praktik itu
yang belum dan yang sudah benar-benar berjalan dengan baik dan efektif. Karena
adanya alasan-alasan ini, maka desain sistem bermanfaat bagi para pengembang
bahan ajar (pembelajar) yang berhasil dalam membelajarkan kemampuan-kemampuan
tingkat dasar kepada para pebelajar. Ancangan landasan kompetensi merupakan
ancangan pendidikan yang sangat wajar dan dianut secara luas di kalangan para
ahli pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Bahan ajar sebagai salah satu alat bantu
dalam kegiatan pembelajaran dalam pemenuhannya harus sesuai dengan kompetensi
yang diinginkan, tanpa pemahaman terhadap hal tersebut maka siapa pun yang akan
mengembangkan bahan ajar akan mengalami kesulitan. Mengingat pentingnya bahan
ajar dalam kegiatan pembelajaran, maka ketika merancang atau pun mengembangkan
bahan ajar harus menggunakan pendekatan sistem.
Pendekatan sistem merupakan cara berpikir
untuk mengatur tugas, melalui suatu kerangka yang melukiskan faktor-faktor
lingkungan internal dan eksternal sehingga merupakan suatu keseluruhan secara
terpadu. Jadi pendekatan sistem dalam pengembangan bahan ajar artinya dalam pembuatan bahan ajar harus saling
berkesinambungan baik itu dari tujuan, indikator, kompetensi, materi, media
pendukung, dan kebutuhan akan bahan ajar itu sendiri.
Oleh karena itu, bahan ajar yang ingin
dikembangkan harus memperhatikan atau pun menggunakan pendekatan sistem. Hal
ini bertujuan agar bahan ajar yang dirancang atau pun dikembangkan sesuai
dengan kompetensi yang diharapkan serta dapat membuat pebelajar mudah dalam
mempelajarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Candra. 2014. “Pendekatan Sistem untuk Perencanaan dan
Pembelajaran”. Online http://candrasihotang.blogspot.co.id/2014/09/pendekatan-sistem-untuk-perencanaan-dan_63.html (diunduh tanggal 20 September 2017).
Wuryanto, Agus. 2010. “Pengembangan Bahan
Ajar”. https://aguswuryanto.
wordpress.com/2010/09/02/pengembangan-bahan-ajar/
(diunduh tanggal 20 September 2017).
Kustiono. 2009. “Pengembangan Bahan Ajar Kajian
Analitik”. Online http://kustiono2009fip.blogspot.co.id/2009/07/pengembangan-bahan-ajar-kajian-analitik.html (diunduh
tanggal 20 September 2017).
0 komentar:
Post a Comment