Pembelajaran
adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa (Hamalik,
2002) dari pendapat ini dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa peserta didik
dapat menggali dan memperkaya pengetahuan dari berbagai perangkat belajar yang
ada. Metode mengajar dapat dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa
mencapai tujuan pembelajaran. Minat yang rendah dalam belajar dapat dipacu
melalui penerapan strategi tersebut. Penerapan metode dalam pembelajaran yang
sesuai merupakan tugas utama guru dalam mengolah proses pembelajaran menjadi
menarik dan menyenangkan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.
Dengan adanya variasi teknik dalam mengajar maka akan menciptakan sebuah
hubungan timbal balik yang sangat efektif dari pengajar dan peserta didik. Guru
dapat menyampaikan materi secara mudah dan tepat kepada peserta didik,
sedangkan peserta didik dapat menerima dan memahami materi secara mendalam dan
menyeluruh. Hubungan dua arah seperti inilah yang meningkatkan prestasi belajar
dan intelegensi pada siswa.
Berawal dari
masalah masih terbatasnya penggunaan model pembelajaran, sehingga perlu
dikembangkan model pembelajaran yang digunakan saat proses pembelajaran, dan kurangnya
keterlibatan peserta didik dikala proses pembelajaran serta melihat kebiasan
yang sering berlangsung dalam pembelajaran,
yang pada umumnya pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah.
Penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran secara terus menerus justru dapat
membuat peserta didik menjadi bosan, sehingga materi yang tersampaikan guru
tidak dapat diserap secara optimal. Akan tetapi, pola belajar sangatlah
bervariasi, namun dalam penggunannya harus disesuaikan dengan materi yang akan
diajarkan. Penulis menggambarkan pada tingkatan kelas tinggi pada Sekolah
Dasar, dimana siswa dengan tingkatan itu sudah mampu mencetuskan suatu
pemikiran kritis dimana hal tersebut dapat melatih kemampuan daya pikir siswa
salah satunya dengan mengidentifikasi. Pemilihan metode dipilih secara tepat
dengan memperhatikan materi agar dapat meningkatkan minat serta hasil belajar
siswa. Efektivitas penggunaan metode juga harus disesuaikan dengan alokasi waktu.
Berpijak pada
analisis diatas penulis menemukan alternatif pemecahannya yaitu dengan metode
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
Pemilihan metode NHT yang disesuaikan dengan karakteristik siswa. Pada kelas
tinggi, siswa sudah mampu berdiskusi dan melakukan pemecahan suatu masalah
secara sistematis. Sejalan dengan ditekankannya aspek afektif atau sikap pada
setiap pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013 yang mengharuskan pembelajaran
tidak hanya mengembangkan aspek kognitifnya saja. Perilaku seperti kerjasama,
menghargai, toleransi, dan perilaku sosial lainnya sebisa mungkin diterapkan
disetiap proses pembelajaran. Pola metode NHT sangat variatif sehingga dapat
menumbuhkan semangat dan keaktifan siswa. Metode ini menggunakan diskusi
heterogen dalam penerapannya.
Teknik ini
memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan pertimbangan
jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat dan kerjasama mereka (Sardiman, 2007). Metode NHT
melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam proses pembelajaran
dan menganalisis pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Dengan
kata lain, proses pembelajaran ini harus dijadikan sebagai bentuk sosialisasi. Metode
ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat. Dimana proses pembelajaran ini dapat mengarahkan
setiap peserta didik untuk memahami lingkungan sekitarnya, misalnya dengan
penerapan NHT ini, peserta didik diarahkan untuk menyesuaikan aturan-aturan
yang berlaku didalam pembalajaran itu sendiri maupun aturan sekolah,
menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku, dan nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat.
Salah satu
tahapan dalam teknik NHT yaitu guru memberikan nomor yang berbeda pada anggota
kelompok. Guru memanggil satu nomor yang sama pada tiap-tiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil disukusi. Dalam hal ini tanggung jawab dari setiap
anggota adalah sama yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari berbagai
sumber belajar sesuai dengan materi yang telah diberikan oleh guru. Hal ini
dapat memupuk rasa ingin tahu siswa terhadap materi dan memperluas pengetahuan
siswa.
Kelebihan dari
metode ini yaitu 1) siswa dapat menambah pengetahuan melalui ide atau gagasan
dari temannya, 2) siswa dapat bekerjasama secara kooperatif dengan anggota
kelompok, 3) siswa dapat berperan aktif dalam menyumbangkan ide dan memperkaya
pengetahuan dari berbagai sumber belajar. Sedangkan kelemahannya adalah 1)
kurang cocok untuk diterapkan dalam jumlah siswa yang banyak karena akan memerlukan
waktu yang banyak, 2) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Tidak
hanya dari segi kognitifnya saja, sikap toleransi, saling membantu atau
kerjasama, menghargai pendapat dapat ditanamkan dengan model NHT ini. Pada
nilai ketertiban dan keterentaman ditanamkan perilaku disipliner dan perilaku
bebas yang senantiasa harus diserasikan. Umpamanya seorang siswa yang dalam
pembelajaran selalu pasif, harus dibiasakan untuk berinteraksi dengan teman
kelasnya, bukan saat jam istirahat saja tetapi pada saat pembelajaran juga.
Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Sukmara (2011) menyatakan bahwa metode NHT ini menimbulkan
beberapa manfaat diantaranya 1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi karena
peserta didik dilatih untuk percaya diri, 2) penerimaan terhadap individu
menjadi lebih besar, 3) perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, 4) konflik
antar pribadi berkurang, 5) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan
toleransi. Metode NHT ini juga sebenarnya merupakan salah satu bentuk
pembelajaran kooperatif. Salah satu aspek penting pembelajaran kooperatif ialah
bahwa disamping pembelajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku
kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, pemelajaran kooperatif
secara bersamaan membantu siswa dalam bidang akademis mereka (Kartika, 2012).
Candra (2015)
juga mengungkapkan bahwa metode NHT dapat meningkatkan keaktifan belajar lebih
baik, dan sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Pada saat
belajar guru harus berusaha menanamkan sikap demokratis untuk siswanya,
maksudnya suasana harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan
kepribadian siswa yang demokratis dan diharapkan suasana yang terbuka dan
kebiasaan-kebiasaan kerja sama, terutama dalam memecahkan kesulitan-kesulitan. Setelah
menelaah sejumlah penelitian, mengatakan bahwa kelas kooperatif menunjukan
hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi. Hasil lain penelitian juga
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak amat positif untuk
siswa yang rendah hasil belajarnya (Kusumojanto, 2009).
Berdasarkan
beberapa penilitian yang ada, penulis merekomendasikan agar metode NHT ini
dapat digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran dikelas-kelas lainnya
untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah-masalah dengan cara bekerja
sama. Kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sesorang sangat penting
sehingga diharapkan kepada seluruh guru atau pendidik untuk dapat membantu
siswa agar terus meningkatkan kemampuan memecahkan masalah-masalah dengan
menggunakan metode-metode pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran.
Guru diharapkan tidak lagi menerapkan metode pembelajaran yang hanya bersifat
mentransfer” pengetahuan, melainkan membiasakan diri untuk mencari informasi
mengenai metode-metode pembelajaran dimana siswa dapat “membangun” pengetahuan
mereka sendiri.
Referensi
Candra, K. (2015). Penerapan Metode Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Terhadap Mata Pelajaran Mulok Produktif
Membuat Jajanan Tradisional Kelas X TPHP II di SMK N 1 Pandak Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Hal 38. Tidak di Publikasikan.
Kartika, S. (2012). Penerapan Model pembelajaran NHT
dengan Pendekatan SETS pada Materi
Cahaya untuk Mengembangkan Krativitas Siswa. Jurnal of Education Research.
Vol. 41. No. 2.
Kusumojanto, D. D. (2009). Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Model Numbered Head Together
(NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat Manajemen Perkantoran kelas X di SMK
Ardjuna 01 Malang. Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol 19. No.1. pp. 92-108.
Hamalik, O. (2002). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sardiman, A W. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukmara, C. (2011). Pembelajaran Kooperatif NHT (Numbered
Heads Together) dalam Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Sukarame Kabupaten
Tasikmalaya Jawa Barat. Jurnal Saung
Guru. Voll. 2. No. 2. pp. 15-23.
0 komentar:
Post a Comment