PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Guru adalah pemeran
utama dalam menyampaikan materi pembelajaran, namun tugas guru tidak hanya
sekedar mentransfer atau menyampaikan materi saat proses pembelajaran. Guru
dituntut untuk bertanggung jawab atas pelayanan peserta didik. Hal itu karena pelayanan
peserta didik satu sama lain berbeda-beda dan tergantung dari peserta didik
tersebut.
Pelayanan yang diamati
dalam kasus ini adalah pelayanan terhadap anak berkesulitan kognitif atau
kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan beragam gangguan dalam menyimak, berbicara,
membaca, menulis, dan berhitung karena faktor internal individu itu sendiri, yaitu disfungsi minimal
otak. Kesulitan belajar bukan disebabkan oleh faktor
eksternal berupa lingkungan, sosial, budaya, fasilitas
belajar, dan lain-lain.
Didalam makalah ini
akan dijelaskan pengertian kesulitan belajar, bagaimana pelayanan untuk anak
berkesulitan kognitif, faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab anak
berkesulitan kognitif, karkateristik anak kesulitan belajar, penanganan anak
berkesulitan belajar dan hasil observasi di Sekolah Luar Biasa – C Swadaya
Semarang.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa
yang dimaksud kesulitan belajar pada anak berkebutuhan khusus?
2.
Apa
saja faktor penyebab kesulitan belajar?
3.
Apa
saja karakteristik kesulitan belajar?
4.
Bagaimana
penanganan anak kesulitan belajar?
5.
Bagaimana
pelayanan terhadap anak berkesulitan kognitif di SLB - C Swadaya Semarang?
C. Tujuan
Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat
diambil tujuan masalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui
apa yang dimaksud kesulitan belajar pada anak berkebutuhan khusus.
2.
Mengetahui
faktor penyebab kesulitan belajar.
3.
Mengetahui
karakteristik kesulitan belajar.
4.
Menetahui
penanganan anak kesulitan belajar.
5.
Mengetahui
pelayanan terhadap anak berkesulitan kognitif di SLB - C Swadaya Semarang.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kesulitan Belajar/Kognitif
Secara harfiah kesulitan belajar
merupakan terjemahan “Learning Disability”
yang berarti ketidakmampuan belajar. Kata disability
diterjemahkan kesulitan untuk memberikan kesan optimis bahwa anak sebenarnya
masih mampu untuk belajar. Istilah lain learning
disabilities adalah learning
difficulties dan learning differences.
Ketiga istilah tersebut memiliki nuansa pengertian yang berbeda. Disatu pihak,
pengguna istilah learning difference
lebih bernada positif, namun dipihak lain istilah learning disabilities lebing
menggambarkan kondisi faktualnya. Untuk menghindari bias dan perbedaan rujukan,
maka digunakan istilah Kesulitan Belajar. Kesulitan belajar adalah
ketidakmampuan belajar, istilah kata yakni disfungsi otak minimal ada yang lain
lagi istilahnya yakni gangguan neurologist.
Kesulitan belajar lebih
didefinisikan sebagai gangguan perceptual, konseptual, memori, maupun ekspresif
di dalam belajar. Hal ini disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat
otak (gangguan neorubioligis) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan
seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman, dan
berhitung. Menurut Hammill (1981) ksulitan belajar adalah beragam bentuk
kesulitan yang nyata dalam aktivitas mendengarkan, bercakap-cakap, membaca,
menulis menalar dan dalam berhitung. Gangguan tersebut berupa gangguan
intrinsik yang diduga karena adanya disfungsi sistem saraf pusat.
Anak-anak disekolah pada umumnya memiliki
karakteristik individu yang berbeda, baik dari segi fisik, mental, intelektual,
ataupun social-emosional. Oleh karena itu mereka juga akan mengalami persoalan
belajarnya mesing-masing secara individu, dan akan mengalami berbagai jenis
kesulitan belajar yang berbeda pula., sesuai dengan karakteristik dan
potensinya masing-masing.
B. Faktor-faktor
Penyebab Anak Kesulitan belajar
Ada beberapa penyebab
kesulitan belajar yang terdapat pada literatur dan hasil riset (Harwell, 2001),
yaitu :
1.
Faktor keturunan/bawaan.
2.
Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan
atau prematur.
3.
Kondisi janin yang
tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang merokok,
menggunakan obat-obatan (drugs), atau
meminum alkohol selama masa kehamilan.
4.
Trauma pasca
kelahiran, seperti demam yang sangat tinggi, trauma kepala, atau pernah
tenggelam.
5.
Infeksi telinga
yang berulang pada masa bayi dan balita. Anak yang berkesulitan belajar
biasanya mempunyai sistem imun yang lemah.
6.
Awal
masa kanak-kanak yang sering berhubungan dengan
aluminium, arsenik, merkuri/raksa, dan neurotoksin lainnya.
Secara garis besar,
faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam,
yaitu:
1. Faktor
intern anak didik, yang meliputi
gangguan atau kekurang mampuan psikofisik anak yakni:
a.
Yang
bersifat kognitif, yaitu rendahnya kapasitas intelektual.
b.
Ranah
afektif, yaitu labilnya emosi dan sikap.
c.
Ranah
psikomotor (ranah karsa) seperti terganggunya alat-alat indra penglihat dan
pendengar.
2. Faktor
ekstern anak didik
a.
Lingkungan
keluarga (hubungan tidak harmonis).
b.
Lingkungan
masyarakat (lingkungan yang kumuh, teman yang nakal).
c.
Lingkungan
sekolah (dekat pasar, guru yang urang profesional, fasilitas dan lain-lain).
Selain faktor diatas,
ada pula faktor khusus yang menimbulkan kesulitan belajar pada anak didik,
yaitu sindrom psikologis berupa learning disability (ketidak mampuan belajar).
Sindrom (syndrome) berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya
keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Sindrom itu
misalnya:
1.
Dyslexia, yaitu ketidak mampuan belajar membaca.
2.
Dysgraphia, yaitu ketidak mampuan belajar menulis.
3.
Dyscalculia, yaitu ketidak mampuan belajar matematika.
Anak didik yang
memiliki sindrom-sindrom diatas secara umum sebenarnya memiliki IQ yang normal
bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh
karenanya, kesulitan belajar anak didik yang menderita sindrom-sindrom tadi
mungkin hanya disebabkan oleh adanya gangguan-gangguan ringan pada otak
(minimal) brain dysfunction.
C. Karakteristik
Kesulitan Belajar
Mencermati definisi dan
uraian diatas tamoak bahwa kondisi kesulitan belajar memiliki beberapa karakteristik
utama, yaitu :
1.
Gangguan
Internal
Penyebab kesulitan belajar berasal dari
faktor internal, yaitu berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Anak ini
mengalami pemusatan perhatian, sehingga kemampuan perseptualnya terhambat.
Kemampuan perseptual yang terhambat tersebut meliputi persepsi visual (proses
pemahaman terhadap objek yang dilihat), persepsi auditoris (proses
pemahaman terhadap objek yang didengar) maupun persepsi taktil kinestesis
(proses pemahaman terhadap objek yang diraba dan digerakan). Faktor-faktor
internal tersebut menjadi penyebab kesulitan belajar, bukan faktor eksternal
(yang berasal dari luar anak), seperti faktor lingkungan keluarga, budaya,
fasilitas dan lain-lain.
2.
Kesenjangan
antara Potensi dan Prestasi
Anak berkesulitan
belajar memiliki potensi kecerdasan/inteligensi normal, bahkan
beberapa diantaranya di atas rata-rata. Namun demikian,
pada kenyataanya mereka memiliki prestasi akademik yang rendah. Dengan
demikian, mereka memiliki kesenjangan yang nyata antara potensi dan prestasi
yang ditampilkanya. Kesenjangan ini biasanya terjadi pada
kemampuan belajar akademik yang spesifik, yaitu oada kemampuan membaca
(disleksia), menulis (disgrafia), atau berhitung (diskalkulia).
3.
Tidak
Adanya Gangguan Fisik dan/atau Mental
Anak berkesulitan belajar
merupakan anak yang tidak memiliki gangguan fisik atau mental. Kondisi
kesulitan belajar berbeda dengan kondisi masalah belajar erikut ini :
a.
Tunagrahita (Mental Retardation)
Anak tunagrahita memiliki
intelegensi antara 50-70. Kondisi tersebut menghambat prestasi akademik dan
adaptasi sosialnya yang bersifat menetap.
b.
Lamban Belajar (Slow Learner)
Slow
learner adalah anak
yang memiliki keterbatasan potensi keserdasan, sehingga proses belajarnya
menjadi lamban. Tingkat kecerdasan mereka sedikit dibawah rata-rata dengan IQ
antara 80-90. Kelambanan belajar mereka merata pada semua mata pelajaran. Slow leaner disebut anak border line (“ambang batas”), yaitu berada di antara
kategori keserdasan rata-rata dan kategori mental retardation (tunagrahita).
c.
Problem Belajar (Learning Problem)
Anak dengan problem belajar (bermasalah
dalam belajar) adalah anak yang mengalami hambatan belajar karena faktor
eksternal. Faktor eksternal tersebut berupa kondisi lingkungan keluarga,
fasilitas belajar di rumah atau disekolah, dan lain sebagainya. Kondisi ini
bersifat temporer/sementara dan mempengaruhi prestasi belajar.
D. Penanganan
Anak Kesulitan Belajar
Penangan yang diberikan pada
kasus anak dengan kesulitan belajar tergantung pada hasil pemeriksaan yang
komperhensif dari tim kerja. Penanganan yang diberikan pada anak kesulitan
belajar meliputi :
1.
Penatalaksana
dibidang Medis
a.
Terapi Obat
Pengobatan yang diberikan adalah
sesuai dengan gangguan fisik atau psikiatrik yang diderita oleh anak, misalnya
berbagai kondisi depresi dapat diberikan dengan obat golongan antidepresan. GPPH
diberikan obat golongan psikostimulansia, misalnya Ritalin dll.
b.
Terapi Perilaku
Terapi perilaku yang sering diberikan adalah modifikasi perilaku. Dalam halini
anak akan mendapatkan penghargaan langsung jika dia dapat memenuhi suatu
tugas atau tanggung jawab atau perilaku positif tertentu.
Di lain pihak, ia akan mendapatkan peringatan jika ia
memperlihatkan perilaku negatif. Dengan adanya penghargaan dan peringatan
langsung ini maka diharapkan anak dapat mengontrol perilaku negatif yang tidak
dikehendaki, baik disekolah maupun di rumah.
c.
Psikoterapi Suportif
Dapat diberikan pada anak dan
dan keluarganya. Tujuanya adalah untuk memberi peringatan dan pemahaman
mengenai kesulitan yang ada, sehingga dapat menimbulkan motivasi yang
kosisten dalam usaha untuk memerangi kesulitan ini.
d.
Pendekatan Psikososial Lainnya
·
Psikoedukasi orang tua dan guru
·
Pelatihan keterampilan social bagi anak
2.
Penatalaksana
di bidang Pendidikan
Dalam hal ini terapi yang
paling efektif adalah terapi remedial, yaitu bimbingan langsung oleh guru
terlatih dalam mengatasi kesulitan belajar
anak. Guru remedial ini akan menyusun suatu metode
pengajaran yang sesuai bagi setiap anak. Mereka juga melatih anak untuk dapat
belajar baik dnegan teknik-teknik pembelajaran tertentu (sesuai dnegan jenis
kesulitan belajar yang dihadapi anak) yang sangat bermanfaat bagi anak dengan
kesulitan belajar.
E. Pelayanan
Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif di SLB - C Swadaya Semarang
Sekolah Luar Biasa
(SLB) Swadaya Semarang adalah sekolah yang menampung siswa dari jenjang TK
sampai SMA. SLB - C dengan total siswa 57 siswa itu berada di Jl. Seteran Utara
II/2, MIROTO, Kec. Semarang Tengah, Kota Semarang. Didalam SLB Swadaya Semarang
terbagi menjadi dua golongan yaitu SLB – B (Tuna Rungu) dan SLB – C (Tuna
Grahita). Di SLB Swadaya menggunakan metode mampu didik dan mampu latih sebagai
pelayananya. Kurikulum yang digunakan sekarang adalah kurikulum 2013. Kami
melakukan observasi tentang Pelayanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif di
SLB – C (Tuna Grahita) kelas 1 dan 3 SD.
Dari hasil observasi
dan wawancara kami dengan Ibu Sunarni yang mengajar di kelas 3 SD SLB - C
didapatkan hasil dari 2 siswa, dua-duanya mempunyai masalah dalam belajar. Dari
dua anak tersebut salah satunya mempunyai berkebutuhan ganda yaitu tuna rungu
dan grahita. Pelayanan yang dilakukan oleh Ibu Sunarni kepada anak didiknya
dengan cara pelayanan satu persatu atau perindividual. Dikarenakan peranak
mempunyai kebutuhan berbeda-beda maka sebisa mungkin guru memahami kebutuhan
anak tersebut. Dengan cara seperti itu diharapkan anak akan membantu anak
menangkap materi. Terkadang guru menggunakan media seperti laptop untuk
pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan laptop digunakan untuk siswa
menebak berbagai macam gambar yang telah guru siapkan. Metode reward dan punishment juga digunakan guru untuk memacu siswa untuk berkelakuan
baik didalam kelas. Ketika salah satu siswa mengalami kesulitan dalam ujian
maka guru akan melakukan remidial sampai siswa bisa mengerjakan sampai selesai.
Kemudian kami mencoba
melakukan observasi di kelas 1 SD SLB – C. Disana ada 3 siswa yang mempunyai
kekurangan sendiri-sendiri. Tetapi mereka sama-sama mempunyai sifat hyper aktif. Karna itulah guru dikelas
tersebut (Ibu Heri) mencoba menenangkan mereka sebelum pembelajaran. Pelayanan
yang dilakukan guru dikelas 1 ini hampir sama dengan kelas 3 tadi yaitu dengan
cara pelayanan satu persatu atau perindividu. Dua siswa diantara tiga tersebut
mempunyai kesulitan belajar dalam hal membaca dan menulis. Ada yang sudah bisa
menulis namun susah membaca ada juga yang belum bisa menulis dan membaca. Maka
dari itu guru memperlakukan mereka berbeda. Dari mulai membimbing membaca
sampai membuat titik-titik pola untuk belajar menulis. Salah satu dari tiga
anak di kelas tersebut sebenarnya adalah anak kelas 3 yang dititipkan ke kelas
1 karena kemampuanya masih seperti di kelas 1. Walaupun seperti itu didalam
raportnya nanti masih tercantum kelas 3. Anak tersebut bernama wulan. Dia masih
kesulitan belajar dalam hal menulis dan melihat karna motorik tanganya yang
masih lemah. Wulan juga masih sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar. Didalam
kelas guru terkadang menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran. Alat
peraga tersebut berupa gambar dan angka-angka yang akan digunakan untuk siswa.
Atau juga guru menggunakan jari tangan untuk belajar menghitung.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesulitan belajar lebih
didefinisikan sebagai gangguan perceptual, konseptual, memori, maupun ekspresif
di dalam belajar. Hal ini disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat
otak (gangguan neorubioligis) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan
seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman, dan
berhitung. Anak-anak disekolah pada umumnya memiliki karakteristik individu
yang berbeda, baik dari segi fisik, mental, intelektual, ataupun
social-emosional. Oleh karena itu mereka juga akan mengalami persoalan
belajarnya mesing-masing secara individu, dan akan mengalami berbagai jenis
kesulitan belajar yang berbeda pula., sesuai dengan karakteristik dan
potensinya masing-masing.
Daftar
Pustaka
Luthfie, Muhammad.
2013. Pelayanan Anak Berkesulitan Belajar. http://infomakalahkuliah.blogspot.co.id/2012/12/pelayanan-anak-berkesulitan- belajar.html. Diakses pada tanggal 4
April 2017.
Soliha, Sitta. 2012.
Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Berkesulitan Belajar. https://pendiluarbiasa.wordpress.com/2012/05/25/karakteristik-dan-masalah- perkembangan-anak-berkesulitan-belajar/. Diakses pada tanggal 4 April 2017
Suryani, Erma Yulinda.
2010. “Kesulitan Belajar”. Magistra. Nomor 73: 33-47. Jakarta.
0 komentar:
Post a Comment